Gayanya energik dan tetap lincah meski usianya tak lagi muda. Jika
berbicara masalah kesehatan masyarakat terutama HIV AIDS, semangatnya
masih menggebu-gebu. Dialah Nafsiah Mboi yang baru saja diangkat
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Menteri Kesehatan.
"Posisi
menteri kesehatan saya percayakan kepada dr. Nafsiah Mboi, DSpA, MPH.
Saya melihat kemampuan, pengalaman dan pengabdian beliau di waktu lalu
yang berkomitmen kerja nyata untuk memajukan kesehatan masyarakat," kata
Presiden SBY dalam pengumumannya di Istana Bogor, Rabu (13/6/2012).
Kepedulian
Nafsiah pada kesehatan masyarakat sudah dilakukannya sejak lama, mulai
dari lulus Fakultas Kedokteran UI kemudian menjadi dokter sukarelawan
dwikora sampai kini menjadi sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi
Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional.
Perempuan 3 anak ini juga
namanya sangat erat di hati masyarakat Nusa Tenggara Timur. Ini karena
suaminya Benedictus Mboi yang akrab disapa Ben Mboi, pernah menjadi
Gubernur Nusa Tenggara Timur selama 1 dekade pada 1978-1988.
Nafsiah
diangkat menjadi Menteri Kesehatan setelah menteri sebelumnya Endang
Rahayu Sedyaningish meninggal pada 2 Mei 2012 karena sakit kanker paru.
Dengan
ditunjuknya Nafsiah sebagai Menkes baru, kementerian ini diisi terus
oleh menteri perempuan yaitu Siti Fadilah Supari dan Endang Rahayu
Sedyaningsih. Ketiga perempuan ini semuanya berprofesi dokter, Siti
adalah dokter spesialis jantung, Endang dokter di spesialisasi kesehatan
masyarakat dan Nafsiah di spesialisasi anak.
Nafsiah sendiri
memang sudah berkali-kali menjadi kandidat Menteri Kesehatan, namun baru
kali ini saat usianya sudah senja kesempatan itu datang.
Kemampuan
dokter anak ini sudah tidak diragukan lagi. Ilmu dan prestasinya sangat
mumpuni untuk menjabat sebagai Menteri Kesehatan. Apalagi ia sangat
concern dengan target Millenium Development Goals (MDG's) yang harus
dicapai pemerintah Indonesia pada 2015.
Profil Pribadi
Terlahir
dari 6 bersaudara, Nafsiah Mboi merupakan putri sulung dari pasangan
Andi Walinono dan Rahmatiah Sonda Daeng Badji. Ayah Nafsiah adalah hakim
yang pernah bertugas di Ujungpandang, Surabaya, Jayapura, dan Jakarta
serta merupakan tokoh masyarakat dan intelektual di Sulawesi Selatan.
Nafsiah
memiliki saudara kandung bernama Prof Dr Andi Hasan Walinono, direktur
jenderal dan sekjen Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada era
1980-an, dan Dr Erna Witoelar, aktivis lingkungan yang juga mantan
menteri era Presiden Abdurrahman Wahid.
Berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 75 Tahun 2006, Nafsiah Mboi dipercaya untuk menjabat
sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional.
Posisi ini menggantikan pejabat sebelumnya, Sukawati Abubakar.
Dalam
profil yang dikeluarkan KPA, Nafsiah pernah menjadi PNS karier di
Kemenkes selama 35 tahun sebelum akhirnya menjadi anggota MPR RI periode
1982-1987.
Pendidikan dan Karir
Nafsiah
menyelesaikan pendidikannya tahun 1958-1964 studi di Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Suaminya, Ben Mboi sempat menjabat sebagai
Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) periode 1978-1988. Keduanya bertemu
di kampus FK UI. Ben adalah kakak kelas Nafsiah.
Ben sendiri
lulus pada 1961 dan sempat terjun bersama Benny Moerdani saat operasi
Trikora di belantara Papua Barat pada 1962. Persis setelah Nafsiah lulus
pada 1964, mereka menikah. Keduanya kemudian bergabung sebagai dokter
sukarelawan Dwikora.
Selama sepuluh tahun mendampingi suaminya
sebagai gubernur di NTT, Nafsiah memberi perhatian besar pada masalah
perempuan dan kesehatan anak. Kiprahnya itu membuat suaminya memperoleh
penghargaan bergengsi dari Pemerintah Filipina yakni Ramon Magsaysay.
Jabatan terakhir yang disandang Ben Mboi adalah Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dibawah kepemimpinan mendiang Sudomo.
Nafsiah
mendalami ilmu kesehatan anak di Amsterdam, Belanda pada tahun
1971-1972. Ia kemudian mendalami ilmu kesehatan masyarakat di Royal
Tropical Institute, Antwerpen, Belgia dan meraih gelar master of public
health (MPH) pada tahun 1990-1991.
Pada 1997-1999, Nafsiah
dipercaya sebagai ketua Komite Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
dan merupakan satu-satunya orang Asia yang pernah mendapat posisi itu.
Selepas
berkarier di Komite Anak PBB, Nafsiah dipercaya lagi menjadi direktur
bidang gender dan kesehatan perempuan World Health Organisation (WHO) di
Jenewa, 1997-2002. Setelah itu, Nafsiah kembali ke Indonesia dan
menjabat sebagai wakil ketua Komnas Perempuan.
Nafsiah kemudian
meneruskan pendidikannya di Harvard University, Amerika Serikat, untuk
mendalami HIV/AIDS. Ia melihat HIV/AIDS bakal menjadi ancaman global
karena bisa menyebar dengan cepat.
Di sana, ia bertemu Jonathan
Mann, mantan Direktur Global Program on AIDS dari WHO yang menjadi
pengajar di Harvard School of Public Health. Jonathan Mann ini adalah
orang yang gencar menyuarakan bahaya AIDS. Nafsiah banyak mengikuti
kelas Mann dan dilanjutkan aktif dalam kegiatan pencegahan AIDS di jalur
hotline dan support group.
Pada 2005-2006 Nafsiah dipercaya
sebagai konsultan Family Health International alias Aksi Stop AIDS. Pada
Agustus 2006 Nafsiah akhirnya menjabat sebagai Sekretaris KPA Nasional.
Sejak itulah dia berkeliling Indonesia untuk mengingatkan masyarakat
akan bahaya HIV/AIDS.
Selamat bekerja Ibu Menteri!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar