Jumat, 15 Juni 2012

Nafsiah Mboi, Menteri Kesehatan Kita yang Baru ! Udah pada Kenal ??

Gayanya energik dan tetap lincah meski usianya tak lagi muda. Jika berbicara masalah kesehatan masyarakat terutama HIV AIDS, semangatnya masih menggebu-gebu. Dialah Nafsiah Mboi yang baru saja diangkat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Menteri Kesehatan.

"Posisi menteri kesehatan saya percayakan kepada dr. Nafsiah Mboi, DSpA, MPH. Saya melihat kemampuan, pengalaman dan pengabdian beliau di waktu lalu yang berkomitmen kerja nyata untuk memajukan kesehatan masyarakat," kata Presiden SBY dalam pengumumannya di Istana Bogor, Rabu (13/6/2012).

Kepedulian Nafsiah pada kesehatan masyarakat sudah dilakukannya sejak lama, mulai dari lulus Fakultas Kedokteran UI kemudian menjadi dokter sukarelawan dwikora sampai kini menjadi sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional.

Perempuan 3 anak ini juga namanya sangat erat di hati masyarakat Nusa Tenggara Timur. Ini karena suaminya Benedictus Mboi yang akrab disapa Ben Mboi, pernah menjadi Gubernur Nusa Tenggara Timur selama 1 dekade pada 1978-1988.

Nafsiah diangkat menjadi Menteri Kesehatan setelah menteri sebelumnya Endang Rahayu Sedyaningish meninggal pada 2 Mei 2012 karena sakit kanker paru.

Dengan ditunjuknya Nafsiah sebagai Menkes baru, kementerian ini diisi terus oleh menteri perempuan yaitu Siti Fadilah Supari dan Endang Rahayu Sedyaningsih. Ketiga perempuan ini semuanya berprofesi dokter, Siti adalah dokter spesialis jantung, Endang dokter di spesialisasi kesehatan masyarakat dan Nafsiah di spesialisasi anak.

Nafsiah sendiri memang sudah berkali-kali menjadi kandidat Menteri Kesehatan, namun baru kali ini saat usianya sudah senja kesempatan itu datang.

Kemampuan dokter anak ini sudah tidak diragukan lagi. Ilmu dan prestasinya sangat mumpuni untuk menjabat sebagai Menteri Kesehatan. Apalagi ia sangat concern dengan target Millenium Development Goals (MDG's) yang harus dicapai pemerintah Indonesia pada 2015.

Profil Pribadi

Terlahir dari 6 bersaudara, Nafsiah Mboi merupakan putri sulung dari pasangan Andi Walinono dan Rahmatiah Sonda Daeng Badji. Ayah Nafsiah adalah hakim yang pernah bertugas di Ujungpandang, Surabaya, Jayapura, dan Jakarta serta merupakan tokoh masyarakat dan intelektual di Sulawesi Selatan.

Nafsiah memiliki saudara kandung bernama Prof Dr Andi Hasan Walinono, direktur jenderal dan sekjen Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada era 1980-an, dan Dr Erna Witoelar, aktivis lingkungan yang juga mantan menteri era Presiden Abdurrahman Wahid.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2006, Nafsiah Mboi dipercaya untuk menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional. Posisi ini menggantikan pejabat sebelumnya, Sukawati Abubakar.

Dalam profil yang dikeluarkan KPA, Nafsiah pernah menjadi PNS karier di Kemenkes selama 35 tahun sebelum akhirnya menjadi anggota MPR RI periode 1982-1987.

Pendidikan dan Karir

Nafsiah menyelesaikan pendidikannya tahun 1958-1964 studi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Suaminya, Ben Mboi sempat menjabat sebagai Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) periode 1978-1988. Keduanya bertemu di kampus FK UI. Ben adalah kakak kelas Nafsiah.

Ben sendiri lulus pada 1961 dan sempat terjun bersama Benny Moerdani saat operasi Trikora di belantara Papua Barat pada 1962. Persis setelah Nafsiah lulus pada 1964, mereka menikah. Keduanya kemudian bergabung sebagai dokter sukarelawan Dwikora.

Selama sepuluh tahun mendampingi suaminya sebagai gubernur di NTT, Nafsiah memberi perhatian besar pada masalah perempuan dan kesehatan anak. Kiprahnya itu membuat suaminya memperoleh penghargaan bergengsi dari Pemerintah Filipina yakni Ramon Magsaysay.

Jabatan terakhir yang disandang Ben Mboi adalah Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dibawah kepemimpinan mendiang Sudomo.

Nafsiah mendalami ilmu kesehatan anak di Amsterdam, Belanda pada tahun 1971-1972. Ia kemudian mendalami ilmu kesehatan masyarakat di Royal Tropical Institute, Antwerpen, Belgia dan meraih gelar master of public health (MPH) pada tahun 1990-1991.

Pada 1997-1999, Nafsiah dipercaya sebagai ketua Komite Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan merupakan satu-satunya orang Asia yang pernah mendapat posisi itu.

Selepas berkarier di Komite Anak PBB, Nafsiah dipercaya lagi menjadi direktur bidang gender dan kesehatan perempuan World Health Organisation (WHO) di Jenewa, 1997-2002. Setelah itu, Nafsiah kembali ke Indonesia dan menjabat sebagai wakil ketua Komnas Perempuan.

Nafsiah kemudian meneruskan pendidikannya di Harvard University, Amerika Serikat, untuk mendalami HIV/AIDS. Ia melihat HIV/AIDS bakal menjadi ancaman global karena bisa menyebar dengan cepat.

Di sana, ia bertemu Jonathan Mann, mantan Direktur Global Program on AIDS dari WHO yang menjadi pengajar di Harvard School of Public Health. Jonathan Mann ini adalah orang yang gencar menyuarakan bahaya AIDS. Nafsiah banyak mengikuti kelas Mann dan dilanjutkan aktif dalam kegiatan pencegahan AIDS di jalur hotline dan support group.

Pada 2005-2006 Nafsiah dipercaya sebagai konsultan Family Health International alias Aksi Stop AIDS. Pada Agustus 2006 Nafsiah akhirnya menjabat sebagai Sekretaris KPA Nasional. Sejak itulah dia berkeliling Indonesia untuk mengingatkan masyarakat akan bahaya HIV/AIDS.

Selamat bekerja Ibu Menteri!

Fenomena Anencephaly pada Bayi


Anencephaly adalah suatu keadaan dimana sebagian besar tulang tengkorak dan otak bayi tidak terbentuk. Sisa jaringan otak - biasanya bagian dari batang otak - terlindung oleh selaput yang tipis saja.  
Kondisi ini merupakan bagian dari Neural Tube Deffect (NTD) atau cacat tabung saraf. Selain anencephaly atau cacat otak, yang termasuk NTD adalah spina bifida atau cacat tulang belakang. Meski kasusnya jarang, sekitar 1 setiap 1.000 kehamilan, anencephaly adalah kelainan bayi yang paling serius bila dibandingkan dengan NTD jenis yang lain. Kemungkinan yang bisa dialami bayi penderita anencephaly adalah cacat fisik seperti buta, tuli, dan tidak memiliki pergerakan refleks.   
Sampai kini, tidak ada perawatan atau penyembuhan bagi bayi anencephaly, dengan keseluruhan kelahiran berakhir dengan kematian bayi. Bila bisa lahir dalam keadaan hidup, biasanya akan meninggal dalam hitungan beberapa jam atau hari.     
 
Anencephaly bisa terdeteksi melalui pemeriksaan menggunakan alat ultrasonografi  atau  USG pada usia kehamilan sekitar 12 minggu. Dulu pernah dianjurkan deteksi dengan cara melakukan triple blood test pada usia kehamilan 15 minggu. Dengan teknologi yang jauh lebih baik, sekarang anencephaly dapat dideteksi dengan cukup akurat melalui pemeriksaan USG sejak usia kehamilan dini saat kehamilan 18 minggu.  

Bila seandainya tidak terdeteksi dini,  salah satu ciri khas dari kehamilan dengan bayi anencephaly adalah terjadi post maturitas atau persalinan lewat waktu.  Misalnya, belum ada tanda-tanda persalinan padahal usia kandungan sudah 42 minggu. Penyebabnya adalah, karena tidak adanya refleks dari otak bayi  untuk memicu terjadinya proses persalinan. Selain itu, perlu juga dicurigai  hasil pemeriksaan fisik yang menyebutkan  adanya kelainan letak pada bayi, misalnya sungsang atau melintang.

Tidak ada yang bisa dilakukan oleh dokter untuk membantu bayi anencephaly. Sehingga,  jika kasus ini ditemukan pada kehamilan, calon ibu akan disarankan untuk menghentikan kehamilannya - terminasi atau pengguguran kandungan, dengan alasan medis.
Pertimbangan lainnya dari dokter untuk segera mengeluarkan bayi anencephaly tanpa menunggu usianya lebih besar, adalah:
  • Agar proses pengeluaran bayi lebih mudah, karena bila bayi sudah besar, tidak adanya tempurung kepala bayi untuk membuka jalan lahir, atau karena posisi yang misalnya sungsang,  berisiko membuat bayi tersangkut di jalan lahir.  
  • Akan ada risiko tambahan bagi ibu pada proses persalinan  bayi anencephaly,  yaitu  terjadinya robekan-robekan pada jalan lahir karena tulang rahang bayi yang tajam. Tidak jarang proses persalinan bayi anencephaly bersifat traumatik bagi ibu. 
  • Sekitar 25% wanita yang mengandung bayi anencephaly, terancam mengalami polyhydramnios atau kelebihan air ketuban yang menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi sang ibu.  
Walau demikian, cukup banyak orangtua dalam kasus anencephaly di Indonesia,  tetap memilih untuk memertahankan kehamilan sampai cukup bulankarena ingin anaknya tetap mendapatkan kasih sayang, apapun yang terjadi. 
Persalinan bayi anencephaly  umumnya dilakukan per vaginam. Tindakan operasi hanya berlaku bila ada indikasi gawat pada ibu. Berhubung bayi tidak memiliki tempurung kepala, maka leher rahim diupayakan untuk bisa membuka dengan tekanan air ketuban.  

Salah satu penyebab anencephaly yang paling mungkin diatasi adalah defisiensi asam folat. Untuk itu,  ibu hamil harus memenuhi kebutuhan tubuh akan asam folat,  sekitar 30-100 mcg per hari, bahkan sejak sebelum merencanakan kehamilan. 
Penyebab lain anencephaly  adalah adanya suhu lingkungan yang tinggi atau hyperthermia.  Suhu tinggi diduga bisa memengaruhi proses peleburan sperma dan sel telur, dan mengganggu proses pembelahan sel. Untuk itu, ibu hamil dianjurkan untuk memperkecil risiko terpapar lingkungan bertemperatur tinggi, misalnya, dengan  mengurangi frekuensi berjemur atau berendam air panas. 
Penyakit diabetes yang diderita ibu,  juga dikaitkan dengan risiko  mengandung bayi anencephaly. Itu sebabnya, untuk memperkecil risiko terjadinya bayi anencephaly pada pengidap diabetes,  calon ibu dianjurkan untuk mengontrol dulu penyakitnya sebelum berusaha hamil. 


Craniopagus Parasiticus


Craniopagus parasiticus is a medical condition in which a parasitic twin head with an undeveloped (or underdeveloped) body is attached to the head of a developed twin.

There have only been eight documented cases of this phenomenon. On December 10, 2003, Rebeca Martínez was born in the Dominican Republic with this rare condition. She was the first baby born with the condition to undergo an operation to remove the second head. She died on February 7, 2004, after an 11-hour operation. On February 19, 2005, Manar Maged underwent a successful 13-hour surgery in Egypt, but died March 25, 2006 [1].

An earlier case was the so-called "Two-Headed Boy of Bengal," who was born in 1783 and died of a cobra bite in 1787. His skull remains in the collection of the Hunterian Museum of the Royal College of Surgeons of London.[2].

Cyclopia, Sindrom Satu Mata di Kepala


Cyclopia adalah nama untuk makhluk mitos terkenal Cyclops. Anak-anak lahir dengan cyclopia memiliki satu mata di tengah kepala mereka. Hal ini diyakini bahwa penyebabnya mungkin berhubungan dengan obat pengobatan kanker tertentu yang diambil oleh wanita hamil.
Masalah genetika atau racun dapat menyebabkan masalah pada otak depan-membagi embrio proses. [5] Salah satu yang sangat teratogenik alkaloid toksin yang dapat menyebabkan cyclopia adalah cyclopamine atau 2-deoxyjervine, ditemukan di pabrik Veratrum californicum (juga dikenal sebagai bunga lili jagung atau semacam tumbuhan palsu) . Kesalahan menelan Veratrum californicum saat hamil sering karena semacam tumbuhan , tanaman dengan yang mudah bingung, dianjurkan sebagai pengobatan alami untuk muntah , kram , dan sirkulasi yang buruk, tiga kondisi yang cukup umum dalam hamil wanita. [6] Cyclopia dapat terjadi di dalam rahim ketika protein tertentu yang tidak tepat menyatakan [7] dan menyebabkan otak untuk tetap keseluruhan bukan membentuk menjadi dua belahan otak yang berbeda, yang juga berarti satu lobus optik dan satu lobus olfaktori sehingga satu mata

Minggu, 10 Juni 2012

Cemburu Gila

Malam ini adalah malam yang begitu menyesakkan bagiku, sudah lebih dari sepuluh hari Aku tak bicara satu kata pun kepada istriku, sekedar berucap salam Aku pun tak mampu. Latifa, dialah istriku yang ku persunting dua bulan lalu, wanita bercadar ini sungguh membuatku ragu. Pak Marto tetangga sebelah rumahku bersaksi kalau Latifa pernah berboncengan dengan seorang pria yang tak kukenal dari desa sebelah.
“ Kamu kenapa toh Mas, diemin aku terus? Kalau Aku ada salah sama kamu, aku mohon maaf ya Mas. Bukannya Rasulullah melarang kita sebagai umatnya untuk tidak saling berdiam diri antar sesama lebih dari 3 hari ? ” Latifa memulai pembicaraan.
Bibir ini masih saja tak mampu berucap kepadanya.Wanita ini memang selalu menarik perhatianku, ucapannya, perilakunya sungguh laksana bidadari dari surga walau akau belum pernah melihatnya.Ketika guntur pedih itu menusuk hingga lapisan tengah telingaku, Aku tak lagi memandanginya sebagai sesosok bidadari.
“ Masih diam juga ya Mas, perbanyak Istighfar ya Mas “ tambah Latifa
Suasana makan malam saat itupun sangat memualkan bagiku. Aku tak tahan lagi, sebagai seorang lelaki Aku harus bertindak cepat terhadap perilaku istriku sendiri.Bagaimanapun umur pernikahan kami masih tergolong muda, mana mungkin Aku merelakan istriku  berjalan berduaan dengan pria lain.
Diam-diam keesokan paginya dengan merelakan pekerjaan ku, Aku mengikuti setiap kegiatan yang ia lakukan tanpa sepengetahuannya.Dengan pasti, aku meyakinkan diri kalau hari ini ia pasti akan bersama pria itu lagi.Tepat sekali apa yang ada dalam pikiranku itu, dia pergi berduaan dengan seorang pria berkacamata,berkulit putih dan memakai peci.Aku mengikuti mereka berdua dari belakang hingga terhenti di sebuah rumah yang identik dengan rumah adat Joglo di kesultanan Jogja dan itu adalah rumah mertuaku sendiri. Begitu dekatnya mereka, hingga pria tersebut tak segan-segan mengunjungi rumah mertuaku,aku saja yang sudah jelas-jelas resmi menjadi menantunya sangatlah takut menapakkan kakiku dirumah tua tersebut.
Aku tak tahan lagi, ingin kuhajar hingga babak belur sampai terbelah kacamata tebal milik pria tersebut.Aku menghampirinya dengan nafas tersengal-sengal seperti kerasukan roh jahat, tangan ini menggenggam erat sampai urat nadiku bermunculan. Latifa yang saat itu melihat Aku seperti kesetanan langsung menghampiriku, dan menanyakan kemunculanku.
“Mas, kamu kenapa toh seperti kesetanan saja? Kamu mau apain Dion mas?dia itu adik aku,adik kanding aku” Latifa menenangkan sekaligus menjelaskan.
“ Jadi, dia itu adiknya Kamu? “ Aku tersentak sekali lagi oleh ucapan wanita tersebut
Aku begitu malu, wajahku memerah tak karuan ketika mengetahui bahwa orang yang ku curigai sebagai selingkuhan istriku itu adalah adiknya sendiri yang baru pulang dari Kairo.

Progeria, Penuaan Dini saat Usia Dini

dr. Eriyati Indrasanto, Sp.A, menjelaskan bahwa progeria adalah kelainan genetik yang memang sangat jarang terjadi. Progeria berasal dari bahasa Yunani yaitu geras yang berarti usia tua. Jadi si penderita mengalami penuaan dini dengan kecepatan yang berkisar 4-7 kali lipat dari proses penuaan normal. Contoh konkretnya, bila si anak yang mengalami progeria berumur 10 tahun, maka penampilannya akan tampak seperti orang berusia 40-70 tahun! Artinya, semua organ tubuh si bocah, termasuk organ pernapasan, jantung, maupun sendi-sendinya sudah mengalami kerentaan. Menurut penjelasan ilmiahnya, lanjut Eriyati, telah terjadi mutasi gen tunggal yaitu pada gen LMNA yang bertanggung jawab terhadap pembentukan protein lamin A dan lamin C. Protein ini bertugas menstabilitasi selaput dalam dari inti sel (inner membrane). Kasus progeria pertama kali dikemukakan oleh Dr. Jonathan Hutchinson pada tahun 1886 dan oleh Dr. Hastings Gilford sebelas tahun kemudian. Makanya penyakit ini sering disebut sebagai Hutchinson-Gilford Progeria Syndrome (HGPS).

Mermaid Syndrome, Sydrome Putri Duyung pada Bayi

Mermaid syndrome or sirenomelia is a condition where the legs of a new-born child are fused together. The child may have two feet sticking out to the sides like flippers or no feet at all. It is the former that gives sirenomelia its name. The bones of the feet and legs may be missing entirely or fused.

Usually, children with mermaid syndrome die shortly after birth. The condition occurs along with other abnormalities that affect the kidneys, bladder, genitals and rectum. The lungs may also be affected. With such an array of problems it is no wonder that survival is so rare.

The cause of mermaid syndrome is not known for sure. It is generally related to poor prenatal care or illness. Genetic predisposition is also a possibility. The condition can be detected by sonogram and the recommended treatment, given the poor prognosis, is termination of the pregnancy.

There have been three cases of children with mermaid syndrome surviving. The most recent was a girl in Peru named Milagros Cerron. Her condition was limited to the skin and blood vessels of her legs - otherwise the bones and muscles were present and her legs could move independently under her skin. Other internal organ were also affected especially the kidneys. Fortunately, Milagros is mentally a normal child.

After an operation in June, 2005, Milagros' legs were separated. The doctors commented that the surgery had gone far better than anticipated. She will need corrective surgery for her internal organs for the next 10 to 15 years but the prognosis is excellent. As of this year, 2006, she has begun to walk and doctors say she should be walking normally by the end of the year.

Meow, Si Kucing Babon

Siapa tak kenal Garfield, tokoh animasi kucing yang lucu dan montok namun super malas? Garfield memang hanya ada di film, tapi rupanya ada pula kucing yang lebih gemuk dan lebih pemalas dari Garfield!
Nama kucing ini Meow. Dulu berat badannya normal, seperti kucing lainnya. Bobot Meow melonjak hingga empat kali lipat setelah diberi makanan sisa pemiliknya yang sarat akan lemak dan kalori.
Di usianya yang baru dua tahun, Meow tercatat memiliki berat badan 18 kilogram. Kucing dengan berat seperti Meow setara dengan manusia yang memiliki bobot 273 kilogram.   Ini dia Meow,
Dengan tubuh obesitas, Meow juga mengalami gangguan kesehatan seperti pada manusia yang kelebihan berat badan. Meow akhirnya diserahkan oleh pemiliknya, seorang nenek berusia 87 tahun kepada Jennifer Steketee, dokter hewan dari rumah penampungan hewan Santa Fe di New Mexico, AS.


“Lemak di tubuhnya menambah tekanan di bagian jantung,” ungkap Steketee seperti diberitakan Metro UK belum lama ini.
Ben Swan, juru bicara rumah penampungan hewan Santa Fe menyebut Meow sebagai kucing yang lucu tapi kurang aktif.
“Dia sangat manis, tapi dia mudah kelelahan dan susah bernapas. Kami memberinya mainan, tapi dia tidak tertarik sama sekali,” tutur Swan.
Meow kini diklaim sebagai kucing tergemuk di dunia yang masih hidup. Gelar ini sebelumnya dipegang oleh Himmy, seekor kucing dari Australia dengan berat badan 21,3 kilogram. Namun gelar ini dicabut setelah Himmy mati.
Guinness World Records tengah mempertimbangkan untuk menghapus rekor kucing tergemuk karena kuatir orang-orang akan memberi makan kucing peliharaannya secara berlebihan agar mendapat titel ini.


Lagi, Werewolf Syndrome

Supatra Sasuphan sudah kebal dengan sapaan 'wajah monyet' atau 'gadis serigala'. Gadis 11 tahun asal Thailand ini tak lagi hirau dengan rambut lebat yang menutupi hampir seluruh permukaan wajahnya, kecuali mata dan area mulut.

Ia tampak sudah berdamai dengan pertumbuhan rambut liar yang juga merayapi permukaan punggungnya. "Saya sudah terbiasa dengan kondisi ini. Saya sepertinya tidak lagi merasakan keberadaan rambut-rambut tersebut," ujarnya kepada Britain's Daily Mail, seperti dikutip dari laman NY Daily News.
Kepercayaan dirinya malah meningkat seiring popularitas. Apalagi, setelah Guinness World Record mencatat namanya sebagai gadis pemilik rambut terbanyak di dunia, 2010. Predikat ini sukses menghapus ejekan orang di sekelilingnya. "Sekarang tidak ada lagi yang memanggil saya dengan muka monyet," ujarnya.

Dad Sammrueng, sang ayah, mengatakan bahwa putri mengalami kelainan itu sejak lahir. Dunia medis menyebutnya dengan sindroma Ambras, berupa penyakit bawaan akibat mutasi kromosom. Sebuah artikel di National Naval Center menyebut, sindroma ini menimpa kurang dari 50 orang di dunia.

Sindroma langka itu membuat Supatra kesulitan bernapas saat lahir. Ia harus menjalani dua kali operasi untuk membantunya bernapas. "Lubang hidungnya hanya satu milimeter. Dia berada di dalam inkubator selama tiga bulan dan menjalani operasi pembesaran lubang hidung menjadi satu setengah milimeter," ujar Dad.

Terlepas dari masalah psikologis, pertumbuhan rambut liar juga menimbulkan gangguan penglihatan. "Terkadang, saya sulit melihat jika rambut saya terlalu panjang," ujarnya.

Sudah beragam metode penghilang bulu ia coba, termasuk penggunaan laser. Namun, tak ada yang membuahkan hasil. Pertumbuhan rambut di tubuhnya tetap tak terkendali. Ia harus menerima kenyataan bahwa dokter belum berhasil menemukan penawar sindroma tersebut.

Berhasil melewati masa kritis di awal kehidupannya, Supatra tumbuh sehat. Dia sangat menyukai menari, menonton kartun, dan mendengarkan musik. Dia juga memiliki cita-cita yang tidak kalah dari anak sebayanya.
"Saya ingin menjadi dokter sehingga saya bisa menolong pasien ketika mereka terluka," ujarnya. "Saya harap suatu hari saya dapat disembuhkan."

Dibuang Keluarga karena Penyakit

Liu Jiangli adalah gadis kecil asal Tionghoa ditinggalkan keluarganya karena kelainan pada kulitnya. Saat usianya dua tahun, ibunya telah meninggalkannya di rumah bersama sang ayah, tapi sayang tak lama kemudian ayahnya pun membuang dia ke sebuah TK dan tak pernah kembali lagi.
Pihak sekolah sempat memasang iklan agar orang tua Liu Jiangli segera menjemput putri mereka karena wajah Liu Jiangli membuat anak-anak lain ketakutan
Hampir seluruh sisi kiri badan gadis usia 6 tahun ini dipenuhi oleh bulu-bulu hitam. Hal inilah yang membuatnya mendapat julukan “little monkey” oleh orang-orang di sekitarnya.
Bulu hitam yang menutupi tubuhnya kini telah mencapai 60 persen. Liu Jiangli, dari Zhongjie desa, Qingzhen, barat daya China Provinsi Guizhou, juga memiliki rambut hitam dalam telinga kirinya.

Kini, Liu hidup bersama Mingying, seorang petani jagung. Mingying mengaku mengaku sebetulnya dia juga tidak nyaman dengan kondisi anak asuhnya tersebut, karena sering menjadi bahan ejekan.

Hingga saat ini belum ada diagnosis pasti tentang kondisi gadis mungil ini. Namun diperkirakan bocah malang ini mengderita Hypertrichosis Universalis yang juga dikenal sebagai Werewolf Syndrome. Hampir 60 persen tubuh Liu Jiangli ditutupi bercak hitam dan bulu kasar.