Minggu, 10 Juni 2012

Cemburu Gila

Malam ini adalah malam yang begitu menyesakkan bagiku, sudah lebih dari sepuluh hari Aku tak bicara satu kata pun kepada istriku, sekedar berucap salam Aku pun tak mampu. Latifa, dialah istriku yang ku persunting dua bulan lalu, wanita bercadar ini sungguh membuatku ragu. Pak Marto tetangga sebelah rumahku bersaksi kalau Latifa pernah berboncengan dengan seorang pria yang tak kukenal dari desa sebelah.
“ Kamu kenapa toh Mas, diemin aku terus? Kalau Aku ada salah sama kamu, aku mohon maaf ya Mas. Bukannya Rasulullah melarang kita sebagai umatnya untuk tidak saling berdiam diri antar sesama lebih dari 3 hari ? ” Latifa memulai pembicaraan.
Bibir ini masih saja tak mampu berucap kepadanya.Wanita ini memang selalu menarik perhatianku, ucapannya, perilakunya sungguh laksana bidadari dari surga walau akau belum pernah melihatnya.Ketika guntur pedih itu menusuk hingga lapisan tengah telingaku, Aku tak lagi memandanginya sebagai sesosok bidadari.
“ Masih diam juga ya Mas, perbanyak Istighfar ya Mas “ tambah Latifa
Suasana makan malam saat itupun sangat memualkan bagiku. Aku tak tahan lagi, sebagai seorang lelaki Aku harus bertindak cepat terhadap perilaku istriku sendiri.Bagaimanapun umur pernikahan kami masih tergolong muda, mana mungkin Aku merelakan istriku  berjalan berduaan dengan pria lain.
Diam-diam keesokan paginya dengan merelakan pekerjaan ku, Aku mengikuti setiap kegiatan yang ia lakukan tanpa sepengetahuannya.Dengan pasti, aku meyakinkan diri kalau hari ini ia pasti akan bersama pria itu lagi.Tepat sekali apa yang ada dalam pikiranku itu, dia pergi berduaan dengan seorang pria berkacamata,berkulit putih dan memakai peci.Aku mengikuti mereka berdua dari belakang hingga terhenti di sebuah rumah yang identik dengan rumah adat Joglo di kesultanan Jogja dan itu adalah rumah mertuaku sendiri. Begitu dekatnya mereka, hingga pria tersebut tak segan-segan mengunjungi rumah mertuaku,aku saja yang sudah jelas-jelas resmi menjadi menantunya sangatlah takut menapakkan kakiku dirumah tua tersebut.
Aku tak tahan lagi, ingin kuhajar hingga babak belur sampai terbelah kacamata tebal milik pria tersebut.Aku menghampirinya dengan nafas tersengal-sengal seperti kerasukan roh jahat, tangan ini menggenggam erat sampai urat nadiku bermunculan. Latifa yang saat itu melihat Aku seperti kesetanan langsung menghampiriku, dan menanyakan kemunculanku.
“Mas, kamu kenapa toh seperti kesetanan saja? Kamu mau apain Dion mas?dia itu adik aku,adik kanding aku” Latifa menenangkan sekaligus menjelaskan.
“ Jadi, dia itu adiknya Kamu? “ Aku tersentak sekali lagi oleh ucapan wanita tersebut
Aku begitu malu, wajahku memerah tak karuan ketika mengetahui bahwa orang yang ku curigai sebagai selingkuhan istriku itu adalah adiknya sendiri yang baru pulang dari Kairo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar