Sabtu, 05 Mei 2012

Dendam Yang Membara

Siang itu matahari seakan berada sejengkal dariku, panasnya begitu menusuk lapisan kulitku.Aku kehausan, namun Aku tak memiliki uang untuk membeli minuman walau itu hanya  Rp500,-.Rasanya aku ingin meminum peluhku atau meminum air got yang ada dipinggiran jalan ini, tapi sudahlah aku kan seorang lelaki.Lelaki itu memiliki kekuatan yang lebih dari seorang wanita, lelaki itu pantang menyerah hanya karena masalah kecil seperti ini.
Aku adalah Satyo, seorang bekas narapidana yang cukup lama di tahan dibalik jeruji besi di Nusa Kambangan, tubuhku penuh dengan tatto bergambar naga dan aku memiliki bekas luka horizontal diwajahku.Aku masih ingat tentang siapa yang menyebabkan luka tersebut, dia adalah Keyla wanita yang menyebabkan aku berurusan dengan orang-orang berseragam abu-abu lengkap dengan senjata apinya dan ia juga yang menyebabkan luka diwajahku.Sekarang, aku akan mencarinya disini, kota penuh sesak yaitu Jakarta.
Keyla adalah anak seorang pejabat tinggi di wilayah Jawa Barat, dan sekarang ia kuliah di Jakarta dan kabar terakhir yang kudengar dari orang-orang terdekat dia bahwa ia sekarang kuliah di kawasan Bintaro.Rasa dendam dalam dada ini terus berkecamuk, wanita seperti dia tak seharusnya hidup.
Semenjak aku keluar dari Nusa Kambangan, aku tak langsung pulang bertemu Ibu atau Bapak di Ciamis tapi aku lebih memilih untuk bertemu wanita gila tersebut.Saat aku sudah berada di stasiun bus menuju Bintaro, aku tak tahu harus membeli tiket dengan apa.Aku berpikiran bahwa satu-satunya cara ialah dengan mencopet uang.
Mata ini terus melirik kantong-kantong yang berjalan, namun setelah sekian lama aku mencari dan mencari hati ini seakan bergejolak untuk tidak melakukan hal tersebut.Aku bingung dan terus berpikir dan menyimpulkan bahwa maksud hati ini ada benarnya juga, tapi bagaimana dengan perjalananku? Ah,bingung.
Aku memutuskan untuk berjalan kaki saja, Aku tak tahu harus bagaimana lagi apakah Aku akan mati ditengah perjalananku dengan terik matahari yang begitu menyengat atau Aku akan sanggup melakukannya, dua pilihan yang menguji diriku.Aku memulainya..................................................
Ditengah perjalananku Aku bertemu dengan seorang kakek tua yang ingin menyeberang, lalu Aku menghampiri kakek yang kelihatannya buta.Aku bertanya “Kek, mau bunuh diri ya?” dan ia hanya diam, lalu akau bertanya kembali “Kek,jangan gila ya siang-siang gini mau cari sensasi” dan ia masih terus terdiam.Aku bosan dengan tingkah kakek ini, dan aku berteriak “Heei,Kakek Tua....Mau mati ya loe?” namun ia tetap hanya terus diam.Tiba-tiba tangannya bergerak dan mencari-cari tanganku, dan ia mendapatkannya.Aku tak mengerti apa masud dari sikakek ini, setelah ku telaah ternyata ia memang benar-benar buta bahkan tuli juga dan hatiku sempat teriris melihat keadaannya.Aku merasa bersalah atas perbuatan yang aku lakukan padanya.
Ketika aku hendak melepaskan tangan kananku yang digenggam olehnya, dia malah menarikku untuk menyeberang dan mau tidak mau Aku harus menyeberangkannya dan setelah Aku menyeberangkannya ia terus menarik tanganku dan terus berjalan yang akhirnya kami berhenti tepat didepan sebuah Masjid.Ia mengajakku masuk ke areal Masjid tersebut, aku tak paham dengan kemampuan kakek tua ini dia buta dan tuli tapi ia mampu pergi ke Masjid yang tidak bisa dilihatnya atau didengakannya suara Adzan.Ia masih terus menggenggam tanganku dan menariknya dengan pelan-pelan.Aku mau pergi dari tempat ini, mana mungkin orang jahat sepertiku masuk ke tempat ini dan mana mungkin Allah akan melihatku.Lalu, kakek itu seperti berisyarat kepadaku dan melepaskan tangannya dari genggaman yang sudah cukup lama.Dia mengusap-usap wajahnya,terus mengusap tangannya dan Aku paham pasti ia sedang mencari tempat Wudhu’, lalu entah mengapa hati ini begitu luluh kepada Kakek tua itu Aku langsung menuntunnya ke tempat Wudhu’ hingga ia selesai melakukan Syarat Shalat tersebut.Setelah ia selesai berwudhu’ Aku menuntunnya ke dalam Masjid karena Aku sudah tahu pasti ia akan melaksanakan Shalat.Namun ia tak mau, dia menggelengkan kepalanya dan menunjuk diriku dengan jari telunjuknya lalu memberi Isyarat kepadaku untuk berwudhu’ juga.Aku mau memberontak kepadanya, tapi percuma ia bisu dan tuli dan Aku ingin lari dari sini tapi Aku tak tega melihatnya sendiri, orang-orang disini juga sepertinya tidak begitu peduli dengan kakek tua ini.
Dengan keadaan terpaksa aku melakukan wudhu’ setelah hampir beberapa tahun Aku tidak melakukannya, Aku hampir lupa dengan cara berwudhu’ ini, orang yang mengajarkan pertama kali tentang wudhu’ ini adalah Bapak.Bapak adalah orang yang taat beragama dan ia sangat baik kepada istri dan anak-anaknya namun ia dituduh oleh seorang wanita yang tak aku Kenal bahwa Bapak telah memiliki keluarga atau istri yang lain.Saat itu,Ibu lantas memberontak dan meminta cerai padahal Aku begitu yakin bahwa Bapak tidak mungkin melakukan hal seperti itu,dan akhirnya mereka benar-benar berpisah.Bapak dan Ibu sudah tak serumah lagi, dan Aku dipaksa oleh Ibu untuk tinggal bersamanya dengan kedua adikku padahal hati ini terus masih ingin bersama Bapak. Menjelang kematiannya Bapak pernah berpesan kepadaku untuk menjaga adik-adikku dan juga Ibu.Namun, aku tak mampu melaksanakan amanah dari Bapak, Ibu dan adik-adikku menjadi korban kebakaran rumah, saat itu Aku sedang bersekolah dan tinggallah Ibu dan kedua adikku yang belum bersekolah dan tak tahu apa penyebabnya tiba-tiba saja terdengar kabar sampai kesekolahku bahwa rumah yang aku tempati bersama Ibu dan kedua adikku ludes terbakar.
Aku telah selesai melaksanakan salah satu syarat shalat yaitu berwudhu’, lalu Aku menuntun kakek tersebut ke dalam Masjid dan kulihat wajahnya yang sudah keriput ternyata ia tersenyum.Bulu kudukku merinding ketika melewati pintu masuk masjid ini, Aku terus menuntun kakek tersebut dan kulihat jam dinding dan waktu menunjukkan pukul 13.15 berarti saat ini masih tepat untuk melaksanakan Shalat Zhuhur.Aku berhenti menuntun kakek tersebut dan membiarkannya untukn Shalat dan Aku hanya bisa berdiam diri karena Aku sudah lupa bagaimana cara Shalat.Lalu mau tak mau Aku harus belajar shalat kembali dari seorang yang buta dan tuli dan Aku mengikuti gerakannya dengan sedikit melirik-lirik.Malu juga Aku.
Entah kenapa hatiku saat itu tergerak untuk melaksanakan Ibadah wajib ini, setelah selesai shalat Aku melihat kakek tua itu meneteskan air mata sambil berdoa, aku tak tahu apa yang sedang didoakannya dan Aku berharap semoga saja dia mendoakanku.Aku tak tahu harus berdoa apa, sepertinya aku harus berdoa untuk dapat membunuh Keyla saja.Tapi apa mungkin Allah akan mengabulkan doa yang buruk ini, diterima atau tidak yang terpenting dendam ini masih terjut di hatiku.
Setelah selesai berdoa aku berencana untuk meninggalkan Kakek tua tersebut karena Aku harus segera mencari Keyla.Namun sebelum berpisah dengan kakek tersebut, Aku menyalaminya dan ia mengeluarkan sesuatu dari kantongnya ternyata ia mengeluarkan sebungkus kecil roti kering yang isinya hanya dua dan ia memberikannya kepadaku.Sungguh hatiku sangatlah senang, pasalnya Aku belum ada makan apalagi minum dari tadi.Aku berucap banyak terima kasih kepada Kakek tua tersebut dan Aku meninggalkannya.
Perut ini sudah terisi sedikit dengan roti tersebut namun Tenggorokan ini tetaplah kering, Aku melanjutkan perjalananku dengan berjalan kaki dan Aku melihat pamflet bahwa Bintaro akan kutemui sekitar 32 km lagi.Sungguh melelahkan, lalu dalam perjalananku Aku dikejutkan oleh seorang anak perempuankecil  dan aku memperediksi umurnya baru sekitar 8 tahun dan ia sedang menangis lalu Aku menghampirinya “Adek, kamu kenapa?” sepintas Aku kangen dengan kedua adikku yang telah tiada, mereka begitu berarti bagiku karena disaat aku sedang stres atau gundah karena dimarahi guru disekolah Aku selalu terhibur oleh tingkah mereka yang begitu lucu dan aneh.
“Buuunndaa” jawabnya sambil menangis, lalu Akub bertanya kembali “Ada apa dengan Bunda Kamu dek?” dan ia menjawab “Bunda sakit”.Aku berpikir itu hanya hal biasa dan Aku memutuskan untuk melanjutkan perjalananku saja, namun anak kecil itu kembali berkata “Tolong Bunda aku mohon Kak” dengan tangisannya yang begitu menusuk ulu hatiku.
Hati ini tak bisa memungkiri hal tersebut dan Aku membatalkan niatku untuk kembali melanjutkan perjalanan dan sekarang aku akan mencoba menolong Ibu dari anak tersebut.Aku mengangguk dan ia langsung berkata “Ayo Kak,ikutin aku” dan aku mengikutinya.
Sapailah Aku di pemukiman yang kumuh penuh dengan sampah dan orang-orang berpakaian lusuh dan anak itu langsung membawaku kerumahnya dan aku miris melihat rumah yang ia tempati hanya beratapkan bahan yang masih tradisional dan dinding rumahnya hanyalah berupa anayaman bambu dan terkadang ada juga kulihat lembaran koran yang melapisi dinding rumahnya.
Ia membuka pintu rumahnya dan Aku melihat ibunya yang sedang terbaring dan saat Aku menghampiri ibu dari anak kecil tersebut,Ibu tersebut napasnya bergerak begitu cepat dan Aku khawatir akan hal ini.Anak kecil tersebut hanyabisa menangis dan Aku harus segera membawa Ibu ini ke RS terdekat, tanpa pikir panjang lagi Aku langsung memapahnya dengan napasnya yang begitu kencang.Aku menyuruh anak kecil tersebut untuk membawaku dan Ibunya ke RS terdekat karena Aku tidak mengetahui tempat-tempat penting diwilayah ini apalagi untuk sebuah RS.
Sesamapainya di RS, aku langsung meminta kepada pihak layanan RS terebut untuk segera menangani ibu ini segera.Namun mereka meminta bayaran terlebih dahulu, dan aku marah “Kurang Ajar Kalian,dimana otak kalian ?ha?Kalian mau melihat ibu ini mati ?Keterlaluan” dan lantas semua orang diruangan itu matanya tertuju padaku.Aku mengancam wanita berpakaian rapi tersebut “Kamu mau saya bunuh? Cepat tolong ibu ini!” setelah mendengar kalimat tersebut ia langsung memertintahkan suster untuk segera membawa ibu tersebut untuk diatangani.Anak kecil itu mengahampiriku “Kak,kami tidak memiliki uang kak!” dan Aku menjawab “Adek,kakak juga tidak memiliki uang untuk membantu Ibu kamu”.Aku terus memandangi wajah anak itu dan Aku menitikkan air mata dan baru kali ini Aku menangis kembali semenjak aku dilahirkan.
Tiba-tiba dokter keluar dari ruangan temapat Ibu tersebut ditangani dan ia mengabarkan kepada kami bahwa Ibu tersebut sudah dalam keadaan normal,dan ternyata Ibu tersebut sedang mengalami Asma.Lalu Aku bertanya pada dokter tersebut “Dokter, apakah Ibu ini sudah boleh pulang atau harus dirawat lagi?” dan Dokter berkulit putih itu menjawab “Sepertinya ibu ini harus dirawat dahulu dalam beberapa hari mengingat kondisinya harus benar-benar pulih dahulu” dan Aku kembali berkata “Tapi dok, kami tidak memiliki uang!” dan dokter itu diam.
Lama Aku menunggu jawaban dari dokter tersebut atas pernyataanku tadi dan akhirnya ia berkata “Kamu jangan khawatir, saya akan menggratiskan semua biaya pengobatan Ibu ini”, Aku terkejut akan apa yang dikatakan oleh dokter tersebut “Terima Kasih banyak Dokter” dan aku menyalaminya.Aku melihat wajah anak tersebut tersenyum bahagia ketika mendengar hal tersebut.
Setelah semuanya kuanggap aman-aman saja, Aku berencana untuk melanjutkan kembali perjalananku dan Aku pamit dengan anak tersebut “Adek,jaga ibu kamu ya...” dan ia bertanya “Kakak mau kemana?” “Kakak masih banyak urusan dek, oh iya nama kamu siapa?” “Keyla kak” dan saat itu mengucapkan nama tersebut itu Aku ingin mencekiknya tapi kulihat kembali wajahnya ternyata dia berbeda.
Tanpa pamit dengan Ibunya Aku langsung melanjutkan perjalananku, ternyata waktu sudah sore dan matahari hampir tenggelam dan aku ingat akan satu kewajiban yaitu Shalat Ashar namun aku tak memperdulikannya.Aku terus berjalan hingga adzan maghribpun terdengar, aku tak mempedulikan seruan tersebut dan aku terus melanjutkan perjalananku.Aku kembali dikejutkan dengan satu hal, tak jauh dari posisi Aku yang sekarang Aku melihat dua orang lelaki berpakain muslim jatuh dan terluka dan Aku menghampirinya ternyata mereka terburu-buru hendak ke Masjid karena mereka merasa sudah terlambat, Aku lagi-lagi malu.Mereka saja begitu ligatnya beribadah sedangkan Aku hanya santai seperti tak berdosa.Hati ini kembali luluh, aku memutuskan untuk melaksanakan shalat Maghrib.
Setelah selesai menunaikan shalat maghrib,aku melihat orang-orang yang mungkin menjadi pengurus masjid membagikan air mineral dalam bentuk kemasan dan kau tak menyia-nyiakan kesempatan ini karena tenggorokan sudah seperti sumur yang kering.Aku lalu berpikir, ada untungnya juga Aku shalat di masjid ini.
Aku kembali melanjutkan perjalananku untuk mencari wanita sialan itu,Keyla.Jarak Aku dan Bintaro tinggal beberapa Kilometer lagi, kali ini aku sungguh beruntung ada seorang pria yang menggunakan motor tua ingin mengantarku , kebetulan ia juga ingin pergi ke Bintaro bertemu dengan orangtuanya.Dan aku mutlak tidak menolak tawarannya.
Bintaro sudah didepan mata,Bintaro sudah kupijaki bersiaplah kau Keyla, hatiku begitu senang ketika sampai di kota ini.Oh iya, aku kelupaan satu hal, aku tidak tahu dimana alamat Keyla yang pasti di kota ini.Aku meminta kepada pria tersebut untuk memberhentikan aku didepan universitas terbesar di kota ini,dan ternyata ia menuruti permintaanku, sungguh beruntung aku.Setelah sampai aku berucap banyak terima kasih kepadanya.Pria ini tak sempat kutanyai namanya,wajahnya mirip dengan pak Amien Rais.
Kulihat universitas tersebut dari luar pagar, dan aku mendapatkan seorang wanita berkaca mata tebal keluar dari tempat tersebut dengan wajah yang begitu lugu dan Aku mendekatinya “Hey,kamu!” dia menoleh kepadaku dengan ketakutan dan ia lari.Aku sempat bingung akan sikapnya, lalu aku mengejarnya dan aku mendapatkannya. Dia ketakutan luar biasa,sepertinya dia menganggap aku harimau sumatra yang siap menerkamnya “Jangan!Jangan sentuh Aku” ucapnya.“Hey,aku Cuma ingin bertanya saja!” jawabku.Tiba-tiba saja Ambulance lewat tepat didepan kami berdua dan perempuan lugu itu berteriak “Keyla”.
Aku tersentak ketika nama itu disebut, lalu aku bertanya “Keyla,maksud kamu apa?”, “Dia...Keyla temanku, selama ini dia terus seperti orang gila di kampus,wajahnya murung terus menerus,terkadang tertawa sendiri seperti orang gila dan aku terkejut ketika aku melihat dia gantung diri di toilet kampus”, aku masih bingung dengan pernyataan perempuan ini dan aku kembali bertanya “kenapa ia terus seperti orang gila?” dan ia menjawab “semenjak ia hamil beberapa tahun yang lalu” dan aku berpikir sejenak bahwa kisah Keyla yang diceritakan oleh perempuan ini ada kemiripan dengan Keyla yang akan aku bunuh.Aku bertanya lagi “Siapakah nama lengkap Keyla yang kau ceritakan itu?” “Keyla Apriana Larasati” dan benar tidak salah lagi dia adalah keyla yang aku cari-cari selama ini.
Aku harus mengejar ambulan tersebut dan melihat keadaan Keyla, dan aku bertanya untuk terakhir kalinya ke perempuan itu “Kemanakah Keyla dibawa?” dan ia menjawab “RS Insani sehat, tak jauh dari sini”.Aku ingat letak RS tersebut, aku mengetahuinya ketika aku menuju Universitas ini bersama pria yang menolong aku tadi.Aku lebih memilih berlari saja sekuat tenaga dan meningglkan perempuan teman Keyla tersebut.
Aku terus berlari dalam kegelisahanku, apakah dalam situasi seperti ini Aku akan tetap merealisasikan dendamku ke Keyla.Tibalah aku di RS yang besar dan megah ini, aku langsung mencari dimana Keyla ditangani dan Aku menuju wanita berpakain rapi di meja CS.Dari penjelasan wanita tersebut, aku baru tahu kalau Keyla sedang ditangani dokter di bagian gawat darurat,dan aku menuju ke ruangan tersebut namun aku tidak diperbolehkan melihatnya kedalam.
Aku terus menuggu kabar dari dokter yang keluar dari ruangan tersebut, lama aku menunggunya dan Aku melihat seorang wanita tua bersanggul dan aku mengenalnya dia adalah ibu Keyla.Aku takut dia melihatku dan aku memilih untuk bersembunyi.Dan dari persembunyianku.aku melihat seorang dokter keluar dari ruangan itu dan menjelaskan sesuatu kepada ibunya Keyla.Spontan ibu keyla berteriak dan menangis, dan sepertinya kabar buruk terjadi pada Keyla.
Ibunya keyla berlari masuk ke ruanagn Keyla, aku juga ingin memastikan keadaan Keyla diam-diam aku masuk juga keruangan tersebut.Benar dugaanku,keyla sudah tiada.Aku tersentak dan lemas, dan Ibu melihat ke arahku.Aku tak mungkin menghindar lagi, ia bergerak mendekatiku sambil beruaraian air mata “Kamu?” ucapnya. “Maafkan saya Bu,ampuni saya” jelasku kepada ibunya Keyla.
“Maafkan Keyla....dia telah membuatmu mendekam dalam penjara,dia telah menuduhmu menghamilinya”, aku tidak mengerti akan ucapan Ibu tersebut.”Sebenarnya, yang menghamili Keyla adalah Bapaknya sendiri dan ia malu untuk mengungkapkannya dan ia menuduh kamu”.
Ketika mendengar kata-kata tersebut hati ini langsung berkecamuk namun tak mungkin aku memarahi orang yang telah tiada.”Ibu, saya sudah yakin dari dahulu kalau saya hanya menjadi korban kekejian pikiran anak ibu” ucapku membalas pernyataan ibu Keyla tersebut.Malam itu  aku seperti orang gila yang benar-benar gila, niatku padam sudah.Aku meninggalkan ruangan tersebut, dan aku memilih untuk duduk dan kembali me-review tentang apa yang terjadi padaku hari ini.Pertama aku berjumpa dengan kakek tua yang buta dan tuli, kemudian seorang anak perempuan yang menangis mencari bantuan untuk menolong ibunya, duaa orang yang terjatuh ketika hendak melaksanakan Shalat hingga Keyla yang mati malam ini.Sepertinya Allah tak ingin Aku mewujudkan dendamku ini dan memintaku untuk kembali pada-Nya.Aku memang jahat,aku tak pernah lagi kembali padanya dan aku ingin ditakuti oleh banyak orang.Dan kini aku sadar, pengalamanku hari ini mengajarkanku bahwa niat yang tidak baik itu tidak akan pernah direstui oleh Allah.
Terima Kasih Allah,Engkau telah menyadarkanku ..............................................................................
Selamat jalan Keyla, aku baru sadar walaupun kau telah bersalah banyak kepadaku tapi di mata Allah aku tak pantas membalas perbuatanmu,semoga kamu diterima disisiNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar