Sabtu, 05 Mei 2012

SESAT

Malam itu tepat saat gerhana bulan, Ibu dilarikan ke tempat praktik seorang Bidan terkenal di kampung kami.Saat itu Ibu bertaruh nyawa, Aku dan Bapak menunggu dengan gelisah dalam waktu yang cukup lama.Setelah menunggu kira-kira 1 jam terdengar jeritan tangis bayi yang keluar dari kandungan Ibu saat itu.Dan alangkah bahagianya kami,ketika bidan itu mengabarkan kepada kami bahwa Ibu melahirkan 3 bayi laki-laki kembar dengan selamat.Malam itupun langsung kami melihat kondisi Ibu dan melihat bayi-bayi yang mungil itu dengan bahagia.
7 tahun kemudian......................................................................
Aku adalah anak pertama dari sebuah keluarga sederhana  saat ini aku masih resmi menjadi pengangguran , bapak hanyalah seorang penjual cendol dan ibu hanyalah seorang ibu rumah tangga, dulunya Ibu adalah karyawati swasta di sebuah pabrik kain di dekat sini namun semenjak kelahiran mereka ibu memutuskan untuk berhenti bekerja dan hanya menjadi seorang ibu rumah tangga.Aku begitu mencintai ketiga adik kembarku ini, nama mereka adalah  Eka,Dwi dan Tri.Dari ke-3 adikku ini hanya Tri yang begitu sangat dekat padaku.
Saat ini mereka duduk di bangku kelas dua Sekolah Dasar.Dari hasil prestasi terlihat bahwa Eka dan Dwi begitu memukau namun Tri tak sama halnya dengan dua saudara kembarnya dia begitu lemah dalam banyak pelajaran.Ketika aku menanyakan mengapa ia tidak menguasai pelajaran tersebut ia hanya menjawab dengan kalimat sederhana “Aku tak ingin terlihat sama kak”.
Adikku yang satu ini memang terlihat berbeda dari 2 saudara kembarnya, dia lebih suka berdiam diri dikamar dan terkadang Aku juga sering melihatnya berbicara sendiri seperti orang gila.Pernah suatu saat aku memergokinya sedang berbicara kepada tembok, aku menghampirinya dan menanyakan hal tersebut namun ia dengan polos menjawab “kak, dia teman baruku”.Aku gak habis pikir, mulanya sih Aku sedikit merinding dan aku langsung membuang jauh-jauh pikiran itu dan kusimpulkan bahwa ia hanya berhalusinasi saja.
Penasaranku tak hanya sampai disitu, aku menjumpai Ibu dan menanyakan hal tentang Tri tersebut.Dari penjelasan Ibu, baru aku sadari bahwa saat mereka lahir hanya Tri yang tidak menangis dan menurut yang Aku ketahui bahwa bayi yang tidak menangis saat lahir biasanya akan cepat mati namun Tri berbeda,Alhamdulillah ia masih tumbuh subur hingga sekarang.
Malam ini Kami sekeluarga berencana untuk pergi makan malam ke kota, ketika kami hendak berangkat tiba-tiba saja Tri tak terlihat.Ibu langsung melihat kekamarnya dan ternyata kosong, kedapur, kebelakang rumah dan kesetiap sisi rumah Ibu tak menemukannya.Kami khawatir akan nasib Tri, kemana ia pergi apakah ia diculik atau dia tersesat padahal tadi sore saat mau mandi ia masih bercerita denganku tentang pertandingan sepakbola antara Indonesia dengan Malaysia.
Aku turut membantu Ibu dan Ayah mencari Tri sedangkan Eka dan Dwi kami minta untuk berada dirumah dan mengunci kamar mereka, sebagai anak tertua Ibu meminta Aku untuk menjaga Eka dan Dwi saja.Aku pun masuk kedalam rumah dan masuk kekamarnya Eka,Dwi dan Tri.Aku bertanya kepada Eka dan Dwi “Ka,Wi apakah kalian tahu kemana Tri pergi?” mereka tak mau menjawab pertanyaanku dan aku kembali bertanya “Eka,Dwi jawab pertanyaan Kakak apakah kalian tahu kemana Tri pergi?”. Eka pun menjawab “Kami tidak tahu Kak,tadi katanya ia mau pergi sebentar ke belakang dan kami membiarkannya”, Aku tersentak “Apa?”.Dibagian belakang rumah kami sekitar 500 meter adalah area perkebunan kelapa sawit dan disana terkenal sangat angker.”Ya Tuhan,Aku bingung harus gimana lagi Lindungilah Tri”.Aku luar biasa bingung,satu sisi aku harus mencari Tri dan satu sisi lagi aku harus menjaga amanah Ayah dan Ibu.Aku tak tahu Ayah dan Ibu kemana perginya, yang kutahu mereka menggunakan motor untuk mencari Tri.Aku tak tahan lagi,aku memutuskan untuk mencari Tri.Dan aku berpesan kepada Eka dan Dwi agar tidak membuka pintu jika ada yang memanggil dan aku menitipkan sebuah telepon selular ke mereka.”Jika ada apa-apa pencet ini kemudian ini lalu tombol ini” dan karena mereka pintar mereka begitu cepat memahaminya.”Ingat ya Eka,Dwi jaga omongan Kakak”.

Malam itu tepat masih pukul 9 malam aku membawa senter dan sebuah tongkat untuk berjaga-jaga.Aku sebenarnya takut menelusuri area perkebunan ini karena banyak orang bilang bahwa dulunya disini adalah tempat pembantaian orang-orang yang terlibat PKI. Namun demi Tri,Aku memberanikan diri memasukinya.
Bulu kudukku berdiri semua saat memasuki area perkebunan ini, mulutku terus berkomat-kamit mengucap nama Allah agar selalu dalam lindungan-Nya.Aku terus berjalan menelusuri perkebunan ini dan tiba-tiba aku mendengar gerak langkah seseorang dan makin lama suara itu makin mendekat aku segera bersiaga apakah dia Tri atau bukan, dan ...................................................................
Ternyata suara gerak langkah itu hanyalah seekor hewan yang tak kutahu apakah itu musang atau tupai aku belum bisa memastikannya.Aku terus melangkahkan kakiku, dan aku melihat sebuah gubuk disana dan dengan perlahan aku menuju gubuk tersebut dan dari luar kuintip apa yang ada dalam gubuk tersebut dan terlihat ada dua orang lelaki tua memakai ikat kepala berpakain hitam dan mereka duduk menghadap sebatang lilin.Aku merinding sekaligus penasaran, dan tanpa sengaja kakiku memijak sebuah ranting kayu dan mereka mendengarnya.Langsung aku berlari ke balik salah satu pohon kelapa sawit tersebut dan mereka terus mencari asal muasal suara yang kuhasilkan tadi.
Aku terus mengintip mereka dari balik pohon ini walau gelap gulita tapi aku masih bisa sedikit melihat gerak mereka karena bulan saat itu cukup benderang. Aku belum berani menghidupkan senterku ini, aku takut ketahuan oleh 2 orang tersebut.Kemudian 2 orang itu masuk kembali ke gubuk tersebut, dan aku dengan berani kembali mengikuti mereka secara perlahan.
Kuintip apa yang sedang mereka lakukan dan ternyata Aku melihat sosok Tri sedang terbaring dan diikat disana.Aku terkejut dan aliran darah di tubuhku mengalir begitu cepat dan aku ingin sekali memarahi sekaligus memukul 2 lelaki tersebut.Tapi aku terus berpikir lebih baik aku lihat dulu apa yang akan mereka lakukan pada Tri.
“Wahai Roh halus penunggu Tanah ini kami persembahkan kepadamu seorang anak untuk dijadikan tumbalmu dan terimalah persembahan kami ini”.Dalam hatiku berkecamuk dan aku tak tahan lagi ternyata Tri akan dijadikan tumbal oleh 2 lelaki tersebut.Aku dengan berani langsung memergoki mereka dan berkata “Kurang Ajar kalian, kalian apakan adikku? Dasar bajingan”.Mereka tersentak dari duduknya dan mebalas ucapanku “Siapa kau?Mau mencoba melawan kami?”.”Kalian sungguh keterlaluan,apakah kalian tidak malu dengan Allah?” tepisku. “Halah,jangan banyak omong kamu” ujar salah satu dari mereka.
“Pergi atau nyawa adikmu akan melayang?”, sejak kata itu terucap dari salah satu lelaki tersebut aku hanya bisa berdiam diri sambil menggigit bibirku.”Pergi kamu sekarang atau adikmu yang akan mati”.Lagi-lagi Aku hanya bisa berdiam diri, aku ingin memukul mereka dengan tongkat yang aku bawa dari rumah namun aku hanyalah sendiri pasti mereka berdua yang akan menang.Tiba-tiba saja Tri bergerak dan terbangun dari ketidaksadarannya dan memangilku “Kakak”. Namun 2 orang yang menyebalkan tersebut mengahalangiku untuk segera membawa Tri pulang.”Pergi kamu” ucap mereka kembali dengan mata melotot dan Aku memutuskan untuk kembali tapi Aku memiliki ide lain saat itu Aku ingin menyerang mereka dari belakang.Diam-diam Aku pulang dan setelah agak Jauh Aku kembali ke gubuk itu dan menanti momen yang tepat untuk menghajar mereka.
Ini dia saat yang tepat,saat mereka kembali duduk menghadap sebatang lilin tersebut dan langsung saja aku pukul mereka dengan tongkat yang aku bawa tadi dari belakang  “Grakkkkk” “Akkkhhhhhh” “Argghhhhh” mereka berdua pingsan.
Aku langsung menuju ke Tri dan langsung membuka ikatan yang melilit tubuhnya dan setelah selesai Aku dan Tri langsung keluar dan ternyata 2 orang lelaki tersebut tersadar kembali, Aku kembali takut dan langsung saja kugendong Tri dan Aku berlari secepat mungkin dan mereka mengejar kami sambil membawa keris panjang.
Aku terus menyebut nama Allah sambil berlari kencang namun apa daya Aku terjatuh dan Tri juga ikut terjatuh disampingku.Mereka semakin mendekat dengan kerisnya, Aku kembali bangkit dan berlari namun kali ini Aku tak tahan menggendong Tri.Tiba-tiba saja handphone ku berdering dan ternyata itu panggilan dari Eka dan Dwi, aku tak bisa mengangkatnya aku hanya bisa melihat panggilan dari siapakah ini.
Aku terus menggenggam tangan Tri sambil terus berlari dan 2 orang lelaki itu juga tak lelahnya mengejar kami, Aku memutuskan untuk menggendong kembali Tri walau aku rasa aku tak bertahan lama.”Ayo naik dek” ujarku ke Tri.Dan handphone ku kembali berdering dan kali ini adalah panggilan dari Bapak.Aku masih bingung apakah aku akan mengangkatnya saat suasana mencekam seperti ini.Aku terus berlari dan tinggal sedikit lagi Aku akan keluar dari tempat angker ini, tiba-tiba Tri berkata kepadaku “Kakak, jangan terus kak sebaiknya kita pergi kekanan atau kekiri kak” lalu aku bertanya “kenapa dek?” dan Tri menjawab dengan lantang”Kakak dengarkan Tri”.Dan akupun mendengarkan ucapannya untuk pergi kekanan, dan saat kami meneruskan pelarian kami 2 lelaki tersebut tak terlihat lagi dan aku tak tahu harus kemana lagi karena aku tak tahu menahu jalan tempat angker ini dan Tri kembali berkata “Kak, tinggal sedikit lagi kita akan sampai”, dan Aku terus berusaha dan benar apa yang dikatakan Tri bahwa Kami sampai di Kampung yang penuh akan rumah dan ini jaraknya lumayan jauh dari Rumahnkeluarga kami.Aku memutuskan untuk terus saja berlari sampai kerumah dan Tri kedengarannya sudah menguap.Aku kehabisan energi dan aku tak tahan lagi dan aku istirahat sebentar disalah satu Mushallah yang saat itu pintunya tertutup dikarenakan waktu saat itu sudah menunjukkan pukul 1 malam.
Kulihat sekeliling Musallah ini dan aku mendapatkan sebuah tempat tinggal seseorang dan dengan berani aku mengetuk pintunya “Assalamualaikum” dan dengan tiba-tiba pintu itu terbuka dan terlihat seorang nenek tua memakai tongkat dan mengenakan mukena menjawab salamku “Waaliakumsalam,Nak”.Aku pun bertanya ke nenek tersebut “Nek,bolehkah saya dan adik saya nginap semalam diRumah Nenek?” dengan tersenyum nenek itu berkata “Silahkan Nak”.Saat itu memasuki rumah nenek ini nafasku lumayan sesak karena rumahnya begitu sempit, aku bertanya pada nenek tersebut “Nenek lagi ngapain?” dan diapun menjawab “Ini nak, nenek lagu mau shalat Tahajud” lantas Aku langsung berkata “Bolehkah Saya ikut Nek?” dan ia hanya mengangguk saja menandakan bahwa ia setuju.
Saat selesai shalat Tahajud aku melihat Tri tertidur dengan pulas lalu aku bercerita dengan nenek tersebut tentang hal yang kami alami, nenek itu tahu banyak tentang tempat itu pasalnya ia adalah saksi dari peristiwa luar biasa yang melanda Indonesia saat Soekarno berkuasa, yap Peristiwa G 30 S PKI dari cerita nenek tersebut, di area perkebunan itu dulunya adalah tempat pemenggalan kepala anggota-anggota PKI, setiap memasuki area tersebut mau tak mau bulu kuduk kita akan berdiri dan ketika aku hendak bertanya mengenai 2 orang lelaki di tempat angker tersebut, tiba-tiba handphoneku kembali berdering dan aku melihat bahwa itu panggilan dari Bapak, “Assalamualaikum Pak”,”Waaalaikumsalam Kak,kamu dimana?Bapak mengkhawatirkanmu nak”,”Bapak,tenang aja Pak besok Kakak udah kembali kok bersama Tri dan besok kakak akan ceritakan semuanya”, dari pembicaraan aku dengan bapak aku mendengar suara bapak seperti orang yang sangat ketakutan akan kehilangan anaknya namun aku meyakinkannya dan aku memberitahu keberadaanku sekarang dan ia memahaminya.
Setelah Aku selesai berbicara dengan bapak melalui handphone, Aku kembali bertanya ke Nenek tersebut “Nek, tadi saya bertemu dengan 2 orang dengan berpakain hitam dan mengelilingi sebatang lilin disalah satu gubuk di tempat angker tersebut,apakah nenek mengenal mereka?” dan nenek itu tersenyum lalu menjawab “Coba nak kamu lihat poto yang ada di situ” dan aku melihat poto tersebut dan yang ada didalam poto tersebut sama persis dengan yang aku lihat digubuk tersebut.
Nenek itu berkata “Mereka adalah 2 anak kandungku, dulunya mereka begitu taat beribadah namun mereka bosan nakku katanya mereka tidak kaya juga, mereka ambil cara lain dengan seperti itu dan nenek sudah sering memarahi mereka tapi apa daya nakku mereka tidak mau mendengarkan nenek sebagai orangtua kandung mereka dan nenek hanya berharap pada Allah untuk segera menyadarkan mereka”, dan aku melihat ada tangisan kecil yang terlihat dari wajah nenek itu.
Tiba-tiba Tri terbangun dan memanggilku, “Kakak,Kakak,Kakak” lalu aku menghampirinya “ada apa dek?”, “Kakak 2 orang lelaki itu akan kesini kak,cepat lari kak”.Awalnya aku hanya terdiam tak percaya akan yang diucapkan Tri namun aku melihat bahwa Tri seperti ada indra keenam dan tanpa pikir panjang Aku mengajak Tri untuk pergi namun nenek itu melarangnya “Nakku,jangan pergi biarlah disini dulu ini sudah malam nanti nenek saja yang mengadapi mereka”, “Tapi nek,nyawa kami terancam bahaya”,”Percaya pada nenek,nakku”.
Beberapa menit kemudian memang benar apa yang dikatakan Tri mereka berdua            datang kerumah Nenek ini dengan mengetuk pintu dan bersuara keras “Mak,Mak buka pintu”.Aku takut sekali dan Nenek itu mebuka pintunya “Mengapa kalian pulang kemari?” nenek itu bertanya.”Bukan urusan kamu” , aku tertegun mendengar kata itu lalu kami yang sedang bersembunyi ini hanya bisa terdiam dan menyebut nama Allah.
“Dimana dia,ha?,pasti kau telah menyembunyikannya kan?” tanya salah satu dari dua lelaki tersebut.”Apa maksudmu?” jawab Nenek tersebut, dan kelihatan Nenek tersebut terus berusaha menyembunyikan keberadaan kami.Kami berdua terus dalam keadaan ketakutan dan kami memilih untuk kabur dari pintu belakang “Tri,kita harus pergi dari sini kita dalam keadaan bahaya” dan Tri mengangguk, kamipun pergi dan berlari.Rupanya kepergian kami diketahui oleh 2 orang lelaki tersebut dan kembali mengejar kami ,Aku tak tahu apa yang mereka lakukan pada Nenek selepas kepergian kami.Kami terus berlari,saat itu dikampung itu tidak ada seorangpun yang terlihat dijalan dikarenakan waktu sudah sekitar pukul 2 pagi.Aku pergi dengan tidak menggunakan alas kaki sama halnya dengan Tri, aku tak peduli lagi apa yang aku pijaki namun Aku kasihan melihat Tri lalu Aku kembali menggendongnya sambil berlari.2 orang lelaki tersebut tak lelahnya mengejar kami, dalam pelarian kami kami melihat sebatang pohon beringin besar dan tinggi danTri kembali berkata “Kak, bersembunyilah dibalik Pohon tersebut” tanpa pkir panjang Aku menuruti apa yang dikatakan Tri.Dari balik pohon tersebut Aku terus mengawasi gerak gerik 2 lelaki tersebut dan Tri saat itu mengambil 2 buah batu yang ukurannya melebihi kepalan tangannya dan Aku bertanya seakan berbisik “Untuk apakah itu Tri?” dan dia hanya diam sambil menunjukkan wajah kekesalannya.Saat jarak temapat persembunyian kami dengan 2 lelaki tersebut hanya sekitar 1 meter diam-diam Tri melemparkan batu tersebut kesalah satu dari 2 lelaki tersebut dan mengenai kepalanya  “Grakkk” danlelaki pertama nyaris terluka dan pingsan dan lelaki ke-2 kebingungan akan saudaranya yang tiba-tiba terluka dan pingsan dan Tri kembali melempar batu keduanya ke lelaki yang tersisa “Gragggggh” mengenai kepalanya  dan lelaki itupun sama nasibnya dengan lelaki yang pertama.
Aku hanya bisa tersenyum kepada Tri dalam kegelapan Malam dan kami melanjutkan pelarian kami tanpa diganggu kembali oleh 2 lelaki tersebut, kami cukup lelah hingga sampai kerumah dan setibanya kami didepan rumah Aku memanggil Bapak dan Ibu “Assalamualaikum Pak,Buk” dan hanya dalam beberapa menit mereka langsung membuka pintunya lalu memeluk kami berdua.
Aku ceritakan apa yang terjadi padaku dan Tri kepada Bapak dan Ibu,ternyata Ibu dan Bapak mengkhawatirkan kami samapi-sampai tak tidur semalaman.Lalu yang membuat aku penasaran adalah mengapa Tri masuk ke tempat angker tersebut dan iapun menjawab dengan lugu “Kak, kata teman Tri jika Tri masuk ke temapat angker itu, maka Tri akan melihat manusia yang akan dilaknat oleh Allah dan Tri penasaran kak dengan apa yang dikatakannya”, lalu aku kembali bertanya “Siapa Tri teman kamu itu ?” dan ia menjawab “Dia yang membantu kita menemukan arah dan mengetahui keberadaan penjahat itu dan kakak tahu siapa yang membantu Tri melemparkan batu tadi?”, aku pun kebingungan lalu aku bertanya “Siapa Tri?” dan ia menjawab “Teman baru Tri kak “.
Aduh Aku tidak menegrti maksud Tri, tapi anak ini memanglah beda seperti apa yang dikatakannya, telah kusimpulkan bahwa ia memiliki indera keenam dan kelbihan-kelebihan yang lain,sungguh Tri memang penuh misteri.Aku lalu tersenyum kepadanya dan menyuruhnya untuk tidur.
Keesokan paginya, terdengar kabar bahwa 2 lelaki tersebut dilarikan ke RS dan setelah sadar kembali tiba-tiba ingatan mereka hilang, Ibu mereka berdua bersedih melihat nasib mereka dan Aku hari ini berencana bersama 3 adikku,Bapak dan Ibu pergi kerumah nenek tersebut untuk kembali menghiburnya.
Sungguh pelajaran berharga dari pengalaman Aku bersama Tri, bahwa Manusia itu memang bisa saja berubah, berubah kearah baik atau kearah buruk.Allah akan selalu mengontrol perbuatan kita maka tetaplah selalu menjadi yang terbaik dan berguna bagi orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar